The festive repetitive narrative to simply survive

 

 

Coffee on paper by Anang Dianto


Vincent,

Kita terombang-ambing di bentangan samudera yang entah dari mana bermula dan dimana berujung. Pada perahu penuh yang tidak begitu kokoh namun tidak juga rapuh. Ombak mana lagi yang harus kita terjang, arus tenang apa lagi yang harus kita kenang. Semua memegang teguh kompasnya masing-masing, hingga tidak ada lagi arah yang tersisa. Pasrah ataupun mencoba, langkah kita akan selalu takluk pada arus laut yang juga hanya pasrah mengikuti gravitasi bulan. Sama seperti semua hal yang tak terukur, perjalanan kita tidak pernah bisa ditentukan dengan seberapa jauh.

 

Vincent,

Kita pernah menangis, menjerit, berteriak pada ombak yang menggulung-gulung dan badai yang menghantam. Menambal sedikit demi sedikit lubang agar tidak tenggelam. Berharap cuaca berganti dan arus lebih tenang. Namun ketika keadaan menjadi hening, ternyata suara dari dalam jauh lebih memekakkan. Ada yang berharap pada putaran semesta, ada yang bergantung pada apa yang ada, anehnya dengan ataupun tanpa alasan kita tetap ada dan nyata.

 

Vincent,

Kita disatukan oleh kesendirian yang kolektif. Tidak serupa namun juga tidak sepenuhnya berbeda. Sedikit banyaknya kita memiliki kegelisahan dan keragu-raguan yang sama. Ada yang bahagia, ada yang berduka, ada yang kecewa, ada yang menista, segala bentuk rasa dan peristiwa tidak ada yang benar-benar istimewa. Pada kemudian yang kesekian, kita akan menjadi bayang-bayang yang mungkin bahkan terlalu remang untuk dikenang.

 

 

 

Ekstraksi Gigi Bungsu : Rasa Sakit dan Progres Evolusi Manusia

 

Molar teeth on Panoramic rontgen


 

Melihat beberapa teman-teman yang sudah melakukan operasi gigi bungsu, awalnya saya berpikir bahwa operasi gigi ini sama seperti tindakan medis pada gigi lainnya yang disebabkan oleh pola hidup atau kebersihan mulut yang kurang terjaga. Keadaan-keadaan yang sepenuhnya dapat dicegah. Namun ternyata pengangkatan gigi bungsu ini dilakukan sesederhana karena tidak adanya sisa ruang di rahang yang membuat tumbuhnya gigi tersebut seringkali tidak normal. Hal ini mengakibatkan rasa tidak nyaman ataupun rasa sakit yang intens. Pada umumnya jumlah gigi manusia dewasa ada 32, dengan 4 gigi bungsu terakhir yang muncul ketika menginjak usia dewasa. Tidak semua kemunculan gigi bungsu menuai masalah, beberapa tumbuh normal seperti gigi lainnya. Namun belakangan tindakan pencabutan gigi bungsu (odontektomi) menjadi sangat lumrah dilakukan.

Beberapa saintis meyakini bahwa banyak gigi bungsu yang tumbuh secara tidak normal disebabkan oleh progres evolusi manusia. Seiring berjalanannya waktu, otak manusia berevolusi tumbuh semakin besar, yang mengakibatkan mengecilnya rahang sehingga tidak lagi dapat menampung 32 gigi sepenuhnya. Hal ini yang membuat manusia modern memikili rahang yang lebih kecil dibandingkan dengan manusia purba. Namun beberapa juga berpendapat bahwa hal ini terjadi karena perubahan perilaku makan manusia.  Saintis juga memprediksi bahwa kedepannya progres evolusi ini mengakibatkan gigi bungsu akan hilang sama sekali pada manusia. Seperti hilangnya beberapa fitur pada spesies purba. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya manusia modern saat ini yang gigi bungsunya tidak muncul lengkap ataupun sama sekali.

Sebagai orang awam, melakukan tindakan operasi pengangkatan gigi bungsu dan mengetahui hal tersebut rasanya seperti menjadi saksi langsung dari rentang panjang evolusi manusia. Kita pernah belajar mengenai fosil manusia purba dengan rahangnya yang lebar. Tentang kontroversi hipotesa Darwin terkait evolusi kera menjadi manusia. Tentang bagaimana Homo sapiens menjadi spesies homo satu-satunya yang bertahan hingga saat ini dalam buku Harari. Jutaan tahun lalu dan kita saat ini, terasa begitu jauh namun terhubung benang merah yang sama. Apakah perubahan-perubahan ini akan terus terjadi tanpa batas waktu, ataukah pada jutaan tahun kedepan manusia akan mencapai puncak evolusinya. Imajinasi liar saya membayangkan bahwa dengan bertambahnya masa otak, dan mengecilnya rahang maka bentuk manusia akan seperti potret alien-alien yang sering kita temukan pada buku ataupun film 👽. Itupun masih akan terus berkembang dan bertumbuh. Sedangkan kita akan purba, menjadi bagian dari sejarah.


Pengalaman odontektomi

Berawal dari rasa tidak nyaman pada gigi bawah sebelah kiri, saya mendapati bahwa ujung gigi bungsu saya muncul sedikit dalam posisi menyerong. Akhirnya saya memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah mulut di RSU Bunda Margonda. Saya dijawalkan dengan drg. Vera Julia, Sp. BM di minggu berikutnya, karena jadwalnya sudah fullbook untuk waktu dekat. Sayapun datang pada waktu yang ditentukan. Setelah melakukan pendaftaran, saya diarahkan ke poli gigi. Sambil menunggu antrian, saya diarahkan suster ke bagian radiologi untuk rontgen panoramic. Proses rontgen panoramic berjalan sangat cepat, tidak sampai 10 menit saya sudah mendapatkan hasilnya. Dengan membawa hasil rontgen tersebut, saya bertemu dengan drg. Vera. Beliau menjelaskan bahwa selain satu gigi bungsu di sebelah kiri bawah, ada 2 gigi bungsu bagian atas yang juga berpotensi sakit di kemudian hari. Sedangkan gigi bungsu bagian kanan bawah saya tidak ada sama sekali (evolution, baby). Total keseluruhan gigi saya ada 31. 28 muncul penuh, 1 gigi mucul separuh, dan 2 gigi di dalam gusi. Drg. Vera menyarankan saya untuk sekaligus mencabut 3 gigi bungsu tersebut dengan metode bius total. Untuk bius total sendiri diharuskan rawat inap di RS selama 1-3 hari dengan estimasi biaya sebesar 50-60 juta. Karena pertimbangan anak yang masih menyusui, akhirnya saya memutuskan untuk mencabut 1 gigi bagian kiri bawah dengan bius lokal yang bisa langsung pulang hari itu juga.

Kebetulan beberapa hari kemudian suami pulang cuti dan mengeluhkan sakit yang sama. Karena sakit yang intens akhirnya diputuskan untuk periksa ke drg yang available dalam waktu dekat. Akhirnya diperiksa di drg. umum RS Permata Cibubur sekaligus rontgen panoramic. Di drg. umum tersebut  diberikan obat pereda nyeri dan tindakan scalling gigi. Kemudian sorenya suami konsultasi ke drg. Vera. Dari hasil rontgen suami terlihat bahwa terdapat gigi bungsu kanan bawah yang posisinya mendorong gigi sebelahnya, sedangkan gigi yang sakit adalah gigi bungsu bagian kiri bawah. Meskipun posisinya sekilas terlihat relatif normal, namun terdapat impaksi gusi sehingga sulit dibersihkan dan rawan terinfeksi bakteri. Drg. Vera pun menjadwalkan operasi odontektomi bersama pada 25 Juli 2022.

Panoramic rontgen suami

Akhirnya kami melakukan operasi odontektomi pada jadwal tersebut. Sebelum operasi, pasien diberi  beberapa obat yang diminum. Obat pereda nyeri, anti inflamasi, dan antibiotik. Kemudian pasien dibaringkan di kursi operasi. Dokter menyuntikkan obat bius, kemudian dilakukan ekstraksi. Jika diperlukan, dokter akan memotong gigi beberapa bagian agar mudah diangkat. Setelah gigi sepenuhnya dicabut, kemudian gusi dijahit untuk menutup luka. Bagian yang paling tidak nyaman menurut saya adalah ketika gigi dipotong. Meskipun tidak terasa sakit, namun suara mesin tersebut membuat saya ngilu. Keseluruhan proses operasi berjalan cepat, hanya sekitar 30 menit saja. Setelah tindakan selesai, pasien diberikan kasa seperti tampon yang harus digigit selama 1-2 jam dan diberikan edukasi pasca operasi. Kami dijadwalkan buka benang jahitan pada minggu berikutnya. Efek pasca operasi berbeda antara saya dan suami ya. Suami mengeluhkan rasa sakit pada bagian operasi, sedangkan saya merasa pusing keleyengan. Setelah tindakan selesai, kami langsung ke kasir dan bagian farmasi untuk mengambali obat. Biaya operasi odontektomi tersebut sebesar 6.4 jutaan per orang yang tercover sepenuhnya oleh asuransi kami. Setelah efek obat bius hilang, muncul rasa sakit di area operasi, namun masih dalam batas wajar. Keluhan yang dirasa hingga saat ini adalah, rasa cenut-cenut di area jahitan, belum bisa membuka mulut secara normal, belum bisa makan secara normal, dan gusi yang sedikit bengkak.

Instruksi pasca operasi


Reference:

Carter, Katherine. 2016. The Evolution of Third Molar Agenesis and Impaction

Dr. Jerry Bergman. 1998. Are Wisdom Teeth (Third Molars) Vestiges of Human Evolution?







A tale of Hidden Valley

 


Pemandangan dari jendela rumah


Perjalanan dimulai pada 30 April 2022 dini hari.

Ditempuh dengan taxi Depok-Soetta ± 60 menit, Soetta - Surabaya ± 60 menit, Surabaya-Makassar ± 90 menit, Makassar-Timika ± 180 menit. Dengan waktu transit ±30 menit di Surabaya dan Makassar untuk pengisian bahan bakar.

Setelah tiba di bandara Mozes Kilangin Timika, kami kemudian diarahkan untuk check in bus menuju Highland. Bus yang digunakan adalah bus modifikasi, sejenis truk yang interiornya diberikan kursi-kursi penumpang lengkap dengan seatbelt. Hampir seluruh bagiannya dilapisi anti peluru, sehingga jendelanya tertutup. Iring-iringan bus dikawal oleh angkatan bersenjata. Perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dengan medan yang terjal dan berkelok menyusuri hutan. 

Bus Timika-Tembagapura

Bus tersebut berhenti di area Shopping Family, Tembagapura. Orang-orang dan kendaraan hilir mudik, bangunan-bangunan berdiri kokoh di antara kabut dan suhu dingin, seakan-akan kami tidak sedang berada di tengah-tengah hutan dengan ketinggian ± 2000 Mdpl. Kemudian dengan menggunakan mobil operasional Toyota Land Cruiser 70-Series, kami bergegas menuju tempat yang akan kami tinggali selama disana, yaitu Hidden Valley. Hidden valley merupakan komplek tempat tinggal di ketinggian ± 2600 Mdpl dengan bangunan-bangunan tua yang cantik bergaya Amerika. 

 

Hidden valley dari sebuah sudut

 

Tempat tinggal kami ada di lantai 2 sebuah bangunan. Interiornya mirip dengan apartemen-apartemen di series barat seperti Friends dan The Big Bang Theory. Dapur terbuka dengan area makan dan ruang tamu, 1 kamar utama dengan kamar mandi, 2 kamar dengan kamar mandi sharing, 1 kamar maid dengan kamar mandi, area laundry, dan balkon belakang. Rumah tersebut memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari air, listrik, furnitur, dan elektronik seperti pemanas ruangan, pemanas air, mesin laundry, dish washer, dan lainnya. 

Suasana tempat tinggal tersebut sangat nyaman. Dari jendela terlihat jelas langit yang cerah, bayangan-bayangan gunung di kejauhan, air terjun, vegetasi hutan, hilir mudik kendaraan, dan sesekali orang yang jogging. Dinamakan hidden valley karena posisi lembahnya yang landai dan tersebunyi. Jika langit cerah, kita akan disuguhkan warna-warna vibrant dari hijaunya hutan dan biru langit yang mencolok. Namun ketika cuaca berkabut, warna-warna tersebut seperti samar tertutupi lapisan putih yang transparan mengingatkan kita pada lukisan-lukisan Monet yang misty. Dingin namun menghangatkan. Alam di gunung memang selalu luar biasa. Pemandangan yang tidak hanya indah sebatas penglihatan, namun juga entah kenapa terasa perlahan masuk ke dalam jiwa. Keindahan yang bisa membuat orang tanpa sadar meneteskan air mata. Sejauh ini kita berkelana. Di atas gunung, di tengah rimba Papua. Waktu terasa berjalan begitu lambat, meskipun secara literal waktu disana 2 jam lebih cepat dari waktu di pulau Jawa.


mentarinadya. Powered by Blogger.